![]() |
Gambelan Angklung Tempekan Kelod Banjar Tebuana |
Sejarah Gambelan Angklung di Tempekan Kelod Banjar Tebuana Sukawati.
Gambelan Angklung yang terdapat
di Tempekan Kelod Banjar Tebuana Sukawati merupakan seperangkat Gambelan yang
sangat tua sekali keberadaanya dan merupakan salah satu jenis gambelan yang
termasuk kedalam golongan Gambelan tua. Menurut keterangan dari salah seorang
seniman yang berasal dari Banjar Tebuana, menceritakan bahwa;
Gambelan Angklung yang terdapat
di Tempekan Kelod Banjar Tebuana ini dulunya merupakan gambelan yang dimiliki
oleh seka demen-demen, yang anggotanya ada dari luar Banjar Tebuana. Dalam
pementasan Gambelan Angklung dulunya anggota tidak pernah mengadakan kegiatan
latihan, dimana yang memegang peran penting yaitu” Tukang Ugal “ yang berlatih
terlebih dahulu di tempat orang yang dianggapnya biasa atau mengetahui
gending-gending angklung. Tetapi seiring berjalannya waktu banyak konflik yang
menghampiri seke tersebut, dan salah satu anggota seke yang bernama Ki Jeteg
mengusulkan agar Gambelan Angklung tersebut diserahkan ke pada Tempekan. Pada
saat itulah Tempekan Kelod Banjar
Tebuana memiliki Gambelan angklung dan langsung membentuk seke Angklung yang
beranggotakan dua puluh tiga orang dimana semua anggotanya berasal dari Tempekan
Kelod Banjar Tebuana.
Gambelan Angklung ini konon pada
waktu itu hanya dipergunakan saat ada upacara Pitra yadnya. Tetapi karena
adanya perkembangan kesenian di Bali gambelan angklung ini di usulkan agar
dapat digunakan dalam upacara Dewa Yadnya maupun Manusa Yadnya. Salah satu
anggota seke mengusulkan agar membelikan sepasang Gong, Kempul, Bende, Kempli
kajar dan reong pada tahun 1947 sehingga Gambelan Angklung ini dapat digunakan
untuk menabuh gending lelambatan maupun kekebyaran.
Gambelan Angklung yang terdapat
di Temoekan Kelod Banjar Tebuana merupakan suatu gambelan yang sangat tua
umurnya bahkan ganbelan ini di golongkan kedalam golongan gamelan Bali tua. Dan
memiliki karakteristik yang sangat unik dan menarik dan merupakan salah satu
warisan budaya yang didapat secara turun temurun. Hingga kini Gambelan Angklung
masih dipelihara dengan baik oleh masyarakat pemiliknya karena erat kaitannya
dan selalu dipertunjukkan dan dimainkan dalam upacara keagamaan.
Melihat bentuknya Gambelan
Angklung merupakan gamelan yang terdiri dari beberapa aspek yang mewujudkan
salah satu bentuk kesempurnaan refertuarnya yaitu adalah sebagai berikut ,atau
alat-alat yang menjadi pelengkap dalam barungan gambelan Angklung yang terdapat
di Banjar Tebuana Desa Sukawati :
- satu gong
- ceng-ceng ricik.
- kendag Angklung.
- Empat buah gangse yang memakai 4 buah nada.
- Empat buah kantilan yang memiliki 4 buah nada
- dua buah jublag.
- Dua buah curing
- Satu buah tawa-tawa
- Tiga buah suling
- Empat buah reong
- dua buah tungguh reyong yang masing-masing terdiri dari 2 buah nada.
Megenai laras yang dipergunakan
pada Gambelan Angklung adalah laras selendro empat nada yang dimaksudkan laras
selendro adalah urutan nada-nada yang sama dalam satu oktafnya. Gambelan yang
berlaraskan selendro empat nada ada bermacam-macam jenis, namun Gambelan Angklung
memiliki karakteristik yang sangat unik dan menarik yang sangat berbeda dengan
gambelan –gambelan yang berlaraskan selendro lainnya.
Jenis-jenis gending Angklung ada
bermacam-macam , menurut fungsi dan kegunaannya. Dibawah ini akan disebutkan beberapa
gending Angklung yang terdapat di Tempekan Kelod Banjar Tebuana yang di mainkan dalam upacara
Pitra Yadnya, banyak jenis gending yang biasa di pentaskan, tetapi orang
tua-tua dulu tidak mengetahui nama gending yang dimainkan tersebut. Ada pula Gending
Angklung dimana gending ini dapat dimainkan alam upacara Dewa Yadnya yaitu :
1.
Tabuh Gilak
2.
Tabuh Telu Crucuk Punyah
3.
Tabuh Nem Galang Kangin.
Segala aktifitas kebudayaan
bermaksud dan bertujuan untuk memuaskan suatu rangkaian dari segala kebutuhan
naluri manusia yang berhubungan dengan kehidupannya. Dalam kegiatan keagamaan
Hindu di Bali Gambelan Angklung mamiliki fungsi yang sangat penting sejak jaman
dahulu sampai pada jaman sekarang ini, yaitu antara lain;
1.
Sebagai pengiring Upacara Dewa Yadnya.
2.
Sebagai pegiring Upacara Pitra Yadnya.
Gambelan Angklung selalu terlibat langsung dalam upacara tersebut, yang
memberikan kesan magis indah dan sakral yang berpengaruh terhadap aktifitas
sosial budaya masyarakat penikmatnya. Keberadaannya saat pementasan dilaksanakan
pada rangkaian upacara pada masyarakat atau kelompok pendukung dan penikmatnya.
Tampaknya menjadi media ungkapan estetis fikiran dan perasaan seniman
pelaku/penabuh maupun penikmatnya, yang mengandung nilai atau tujuan tertentu
bagi masyarakatBanjar Tebuana.
Meskipun juga fungsinya
dipergunakan dalam mengiringi upacara Dewa Yadnya, namun adapula batasan –
batasan tentang dipergunakannya barungan ini dalam mengiringi upacara Dewa
Yadnya, yaitu hanya dalam mementaskan gending-gending lelambatan misalnya Tabuh
gilak, tabuh cerucuk punyah, tabuh galangkangin, dan dapat juga untuk
mengiringi tarian topeng, baris dan rejang.Dalam setiap pementasannya selalu
disertakan persembahan sesajen sebelum gamelan ini dimainkan, ini merupakan
tradisi dan hal sangat penting dilakukan karena merupakan sebuah penghormatan
kepada roh-roh positif yang berstana pada gambelan ini dan sekaligus menjadi
persembahan permohonan keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk diberikan
tuntunan dalam berlangsungnya pementasan Gambelan Gong Luang.
Masyarakat atau seniman – seniman
di Tempekan Kelod Banjar Tebuana yang peduli dengan keberadaan kesenian yang
sudah tua dan sudah diaanggap langka ini menggabungkan diri menjadi sebuah skaa
Angklung Banjar Tebuana. mereka tergabung disini hanya semata-mata karena rasa
yang cinta dan pengbdian yang tinggi terhadap warisan budaya ini tanpa adanya paksaan dan tujuan –
tujuan yang lain. Mengenai keringanan yang mereka peroleh dalam tergabung
diseka ini seperti yang dikenal oleh masyakatat Bali yan disebut dengan luput, namun dari segi pembiayan lainnya di
Banjar mereka tetap berkewajiban dan sama dengan anggota banjar yang tidak
tergabung dalam ska Angklung. Anggota skaa Angklung Tempekan Kelod Banjar
Tebuana mengagap bahwa apa ayng mereka lakukan merupakan sebuah pengabdian yang
amat tinggi guna kelangsungan dan kelestarian kesenian yang merupakan warisan
yang memiliki nilai sejarah yang amat tinggi.