![]() |
Tari Leko |
Rupa-rupanya, anggoda banjar tersebutlah merupakan
abdi-abdi utama golongan puri. Para penarinya pada waktu itu, tercatat :
1.
NI Made
Cuklek ( Alm )
2.
Ni wayan
Beber (alm)
3.
Ni nYoman
Sedep (alm.)
4.
Ni Made
sudri
5.
Ni Made
Matri
Ada sesuatu yang menarik dalam tari Joged Gudegan ini
khusunya bagi kaum remaja, adalah terdapatnya bagian pengibing ( menari bersama
pasangan ) yang cukup bebas. Pasangan penari laki boleh memangku, menium ,
bahkan di perkenanakan mengajak penari joged tersebut keluar arena, dan
mengajaknya kencan di tempat gelap atau remang-remang. Lama-kelamaan timbul
dari tokoh-tokoh pui, bahwa situasi ngibing terlalu bebas seperti itu lebih
banyak menimbulkn hal-hal negatif. Maka untuk selanjutnya dalam paibng bingan
para pasangan penari aki hanya di perkennkan menirukan gerakan-gerakan penai
joged tersebut seperti : goyang pinggul, melirik, maupun saling lempar senyum .
namun tetap dalam batas-batas etis selanjutnya, tari joged yang lebih etis
inilah di sebut dengan tari Leko.
Sebenarnya, pengaruh paibing ibingan yang sopan dan
estetis tersebut berasal dari tata cara paibing ibingan joged kurubaya kelurahan
Sempidi, kecamatan Menguwi ( Badung ) sekitar tahun 1941. Demikian juga
penamaan tari leko itupun berasal dari kurubaya.
Perkembangn selanjutnya, pusat pengurusan tari leko
tersebut tidak lgi berada di tangan orang-orang puri, tetapi diserahkan kepada
seka atau grop muda- mudi banjar parekan. Mengenai kehidupan yang lebih lanjut,
kesenian ini mengalami psang surut. Msa jaya yang pernh di alami oleh seka tari
leko tersebut sekitar tahun 1941- 1948. Meraka sempat pentas sampai eluar des
Siban Gede, seperti : desa Blahkiuh, Mambal, Mengui, Ubung , Sading, bahkan
pernah sampai keluar kabupaten Badung, yakni Kabupaten Klungkung.
Seteah tahun 1948, seka tar ini mulai mengalami masa
surut. Sebabnya antaralain : beberapa penari memasuki jenjng perkawinan, sementari
itu penggantinya sulit dicari. Namun menjelang tahun 1965 seka tari leko
tersebut hiup kembali, di sebabkan adanya persaingan antara partai-partai
politik pada waktu itu. Tetapi setelah meletus pemberontakan G 30S PKI tahun
1965, kesenian tersebut surut kembali, mungkin disebabkan karena, semangat
kompetisi tidak lagi sehebat sebelumnya.
Masa suram ini berlansung cukup lama sampai adanya
uluran tangan pemerintah daerah tingkat II Badung. Pada tahun 1984, kesenian Leko
tersebut dihidupkan kembali, yang mendapat dukungan penuh dari masyarakat
parekan. Akhirnya, tanggal 16 juni 1984 di pentaskan kesenian tersebut kembali
bertempat di bale banjar Parekan dengan disaksikan Bupati Kdh Tingkat II
Badung, kepala kantor Depdikbud. Kabupaten Badung, utusan Kanwil Depdikbud.
Provinsi Bali, serta masyaarakat sibang Gede. Sejak itu pula kesenian tersebut,
terdaftar sebagai salah satu tari pergaulan Bali di Kandek, Depdikbud kabupten
Badung.
Bagai mana keadaannya kini ? mungkin dapat dikatakan
tidak hidup, tetapi juga tidak mati , artinya, sewaktu-waktu apabila
diperlukaan para penari Leko tersebut dapat saja di konsolidasikan kembali.
Hanya saja gambelannya yang tersebut dari bambu, sudah banyak yang rusak,
kepengurusan terkhir sebagai berikut :
Ketua :
I Gusti Ngurah Sutapa
Sekertaris :
I Ketut Tali
Bendahara :
I Wayan Sudri
Dilengkapi dengan seksi-seksi, antara lain ; seksi
perengkapan dan juru arah ( pembntu )
Pada umunya Fungsi ksenian di Bali dapat di Fungsikan
menjaddi tiga jenis yakni :
1.
Sebagai
tari wali
2.
Sebagai
tari bebali (penunjang wali )
3.
Sebagai
balih-balihan atau hiburan semata
Tari Leko di banjar Parekan , Sibang Gede tersebut
mempunyai dua fungsi yakni :
1.
Berfungsi
sebagai hiburan
2.
Berfungsi
sebagai pelengkap upacara
Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, bahwa tari
leko, merupakan tari muda – mudi atau tari pergaulan. Bagian yang dinanti-
nanti pastilah pada bagian paibingan dimana pada kesempatan tersebut para
pemuda maupun orang tua dapat berjoged bersama- sama penari Leko yang
cantik-cantik.
Khusus di banjar Parekan, Sibang Gede, tarian ini
sangat di gemari dan biasanya di gelar padda saat-saat selesai musim panen.
Pada saat itulah para pemuda mempunyai uang cukup banyak, untuk di berikan
kepada penari ( semacam tip ) seusai mereka berjoged. Dulu, ketika judi
sabungan ayam blum di larang,tarian ini pun sering di pentaskn setelah judi itu
selesai. Biasanya para penari mendapat informasi siapa-siapa yang berhasil
menang dalam judin tersebut mereka itulah, biasany mendapat prioritas ngibing.
Keadaan seperti tersebut memberi petunjuk bahwa tari leko berfunggsi sebagai
hiburan.
Lain daripada fungsinya di atas tari leko di banjar
Parekan itu, berfungsi juga sbagai bebali, atau sebagai pelengkap atau penunjng
kegiatan agama atau adat. Misalnya, apabila salah satu keluarga mempunyi anak
sedan sakit keras serta tidak kunjung sembuh, walau sudah berkali-kali sudah di
ajak ke dokter atau ke dukun, biasanya orang tuanya akan berjanji menurut
keyakinannya, bahwa apabila anknya berhasil sembuh, akan di tanggapkan tari
Leko.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar