Minggu, 06 Juli 2014

Tarian Joged Bumbung Menjadi Ajang Pornoaksi



Tari Joged Bumbung pernah menjejak masa kejayaannya beberapa tahun silam. Tari pergaulan khas masyarakat Bali yang gemelan pengiringnya didominasi instrumen bambu ini, kerap kali dijadikan "menu utama" untuk menyemarakkan perhelatan-perhelatan penting seperti resepsi perkawinan, perayaan HUT sekaa teruna di banjar-banjar hingga peringatan hari-hari besar nasional yang dirangkaikan dengan gelaran pesta rakyat. Gamelan joged bumbung yang energik dan dinamis ditingkahi dengan gerak penarinya yang lemah-gemulai dan terkadang menyentak memang jadi jaminan terciptanya sebuah pesta yang meriah. Tarian ini begitu populer karena sangat menghibur dan melibatkan para penonton untuk ikut berjoged serta larut dalam irama tari nan rancak.
Gerak-gerik penari joged tak hanya mampu "menghipnotis" komunitas pencinta seni di Bali semata. Pesona tarian yang umumnya ditarikan secara tunggal dengan melibatkan seorang penonton sebagai pengibing secara spontan ini juga mampu menancapkan pesonanya di hati wisatawan mancanegara maupun domestik. Makanya, tidak mengherankan jika pihak pengelola hotel tergerak "meminang" penari joged beserta sekaa yang terlibat di dalamnya untuk pentas di hotel-hotel. "Dihidangkan" dan "dikonsumsi" secara khusus guna memuaskan "dahaga" para turis akan sebuah tontonan seni yang berkualitas dan menghibur.
Sayang, di saat popularitas joged bumbung berada di puncak, pesona tari pergaulan ini justru "dirusak" oleh oknum-oknum yang "berkreasi" secara "liar". Pakem-pakem joged bumbung yang semula menonjolkan kekuatan gerak tari dengan tetap menjaga estetika dan etika ketimuran diporak-porandakan dengan gerakan-gerakan erotis nan sensual bahkan cenderung mengarah ke porno aksi. Keindahan gerak tari tak lagi jadi prioritas. Para penari seolah berlomba-lomba mempertontonkan gerakan-gerakan "terpanas" layaknya seorang penari striptease. Gerakan ngangkuk dan goyang ''ngebor'' yang semula tidak dikenal dalam tarian Bali, berubah jadi hal yang lumrah dalam tarian joged bumbung. Etika dan estetika seperti tak penting lagi. Yang penting, penonton senang dan penampilan penari joged menuai aplaus dan suit-suit panjang dari penonton.
Lebih menyedihkan lagi, ada penari joged bumbung yang tanpa perasaan bersalah nekat mempertontonkan "area terlarangnya" seperti yang sempat terekam di HP yang sempat menghebohkan jagat seni pertunjukan Bali beberapa tahun lalu. Citra joged bumbung pun langsung terbanting. Stempel negatif langsung disematkan bahwa joged bumbung merupakan tarian erotis, porno dan murahan. Karena nila setitik, sebelanga susu pun jadi rusak. Padahal, masih banyak pragina joged yang dengan kesadaran tinggi tetap berkreasi di jalur yang benar. Tetap mengedepankan etika dan estetika serta sepenuhnya mengabdi pada keluhuran seni. "Lahirnya gerakan-gerakan porno dalam tarian joged bumbung tentu sangat disayangkan. Pelaku kesenian seperti ini, sejatinya telah menjatuhkan citra adiluhung dari kesenian itu sendiri
Masalah yang terakhir inilah yang banyak disoroti masyarakat, khususnya pada penampilan Joged yang disertai birahi vulgar. Tentu tata busana dan estetika musik pertunjukan ini menunjukkan perkembangan yang bisa jadi juga merupakan bagian tak terpisahkan dari perjalanan gelegak erotisme kesenian ini di masa lalu dan kini. Pada zaman kerajaan Bali, kesenian ini dikuasai oleh raja dan kaum bangsawan. Bahkan diduga kuat antara Joged dan perseliran punya interaksi          erat.

Pencinta seni budaya Bali ini berharap para pragina joged bumbung tidak lagi berkreasi secara "liar" dengan melabrak tatanan kesusilaan yang selama ini dipegang teguh oleh masyarakat Bali. Guna menggapai popularitas, penari joged tak perlu bergoyang secara berlebihan yang membuat mata penonton melotot dan darahnya "muncrat" hingga ke ubun-ubun. "Sejatinya, gerak tari joged bumbung sudah dirancang begitu estetis dan artistik. Jadi, tidak perlu dibumbui dengan gerakan-gerakan sensual dan erotis yang justru membuat kesenian ini terkesan murahan,"
Secara etno-estetik, tari Joged Bumbung adalah ekspresi seni yang patut diapresiasi. Tetapi karena kini tidak sedikit penari Joged yang mengumbar porsi pornonya begitu murahan, menjungkirkan tontonan ini menjadi seni bercitra rendahan. Namun ironisnya, kendati secara moralitas dan religio-estetik dilecehkan, kenyataannya Joged yang tampil dengan bonus goyang pornonya malahan kini sedang "murah rezeki". Cercaan oleh sebagian masyarakat justru kian membuat para penari Joged yang lepas dengan sensualitas mesum itu kian melambung laris. Apakah UUAP yang telah mulai diberlakukan, yang mungkin akan mampu meredam birahi liar dalam pertunjukan Joged          tersebut?

Terlepas dari masih adanya pro dan kontra di tengah masyarakat Bali terhadap UUAP, secara kultural dan moralitas, fenomena Joged yang membeberkan libido erotis dan fragmen-fragmen persetubuhan dalam bingkai suatu pertunjukan yang disaksikan oleh masyarakat umum adalah sebuah asusila sosial. Kendati Joged dapat digolongkan sebagai tari pergaulan, namun dalam tradisi pementasannya bukan merupakan hiburan pribadi bagi para pelakunya  penari atau       pengibingnya.

Joged Bumbung adalah seni pertunjukan yang melibatkan partisipasi penonton, termasuk anak-anak. Oleh karena itu perilaku erotisme yang "diestetisasikan" dalam ruang publik seperti tampak dalam Joged porno adalah sebuah penistaan terhadap kepatutan yang dihormati masyarakat. Tanpa dalih UUAP pun, bentuk, ungkapan, dan fenomena yang tak senonoh dengan legitimasi jagat seni sudah tentu kurang mendapat restu masayarakat                
Masyarakat Bali penyayang kesenian, termasuk tari Joged Bumbung. Sebagai sebuah khasanah budaya, Joged Bumbung selain tetap eksis di tengah masyarakatnya sendiri juga memancarkan multipotensi. Dalam konteks pariwisata, Joged Bumbung termasuk kemasan seni yang fleksibel berinteraksi dengan pelancong mancanegara. Fleksibelitas yang dimiliki kesenian ini, tahun lalu, bahkan sempat dilirik untuk dijadikan simbol dan mediator strategi budaya oleh Putu Supadma Rudana, Direktur Museum Rudana, dengan tajuk "Sinergi Seni Membangun            Bangsa".
Dari beberapa narasumber mengatakan bahwa tarian joged dalam masa kini merupakan tarian erotis, dimana lebih banyak memperlihatkan kelihaiannya bergoyang daripada menari. Dan sebagian besar penari joged tidak mengetahui struktur dari tarian joged sebenarnya. Dimana dalam menari struktur tarian sangatlah penting untuk dipahami agar tarian tersebut tidak lepas dari pakem-pakem yang sudah ada.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penari joged lebih banyak memperlihatkan goyangannya daripada menari antara lain, karena dorongan seka tabuh yang mengiringi tari joged tersebut. Hal itu dikarenakan penabuh juga kurang mengetahui struktur tabuh dari tarian joged. Di samping itu karena tuntutan dari keluarga yang mempunyai upacara atau sebagai pencari seka joged tersebut. Mereka meminta agar si penari joged lebih banyak beratraksi goyang ketika pentas berlangsung untuk menarik perhatian penonton sehingga lebih ramai. Tetapi ada juga faktor internal dari penari joged itu sendiri, salah satu mengatakan bahwa “Tak goyang,maka tak asik”.




HUBUNGAN SENI PERTUNJUKAN DAN PEMILU

Pemilihan Umum atau ( Pemilu ) merupakan suatu proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Jabatan tersebut beranekaragam mulai dari presiden, wakil rakyat, di berbagai tingkat pemerintahan sapai kepala desa.  Pemilu merupakan salah satu usaha untuk mengaruhu rakyat secara persuatif ( tidak memaksa) dan melakukan kegiatan retorika public relations, komunikasi masa, lobby dan lain-lain kegiatan.
Seni pertunjukan adalah karya seni yang melibatkan  aksi individu atau kelompok di tempatdan waktu tertentu. Performance biasanya melibatkan empat unsur : waktu, ruang, tubuh si seniman dan hubungan seniman dengan penonton. Meskipun seni performance bias juga termasuk di dalamnya kegiatan-kegiatan seni mainstream seperti teater,tari, dan sirkus, tapi biasanya kegiatan seni tersebut pada umumnya lebih dikenal dengan istilah seni pertunjukan  (performing art)
Seni pertunjukan dan pemilu sangatlah berhubungan karena sangat banyak kegiatan pemilu yang menggunakan seni pertunjukan khususnya di Bali. Di berbagai kegiatan kepemiluan sangat sering saya lihat melakukan atau mementaskan seni pertunjukan seperti pragmen, tari penyambutan ataupun tari jogged yang sangat digandrungi pada saat ini.
Setiap orang mengatakan bahwa seni pertunjukan adalah sesuatu yang dapat di pertunjukan atau di tonton, dimana dapat dinikmati dengan menggunakan alat indra mata dan telinga. Dan pemilu merupakan acara untuk memilih wakil-wakil rakyat dimana diselenggarakan setiap empat tahun sekali. Dari uraian diatas seni pertunjukan dan pemilu terlihat tidak begitu berhubungan erat, tetapi pada kenyataannya ketika ada acara pemilu seni pertunjukan juga ikut serta didalamnya. 
Ada beberapa jenis seni pertunjukan Indonesia khususnya di bali yaitu : seni music, seni tari, seni teater dan seni resitasi dan juga mempunyai fungsi sebagai acara keagamaan atau ritual, dan sebagai hiburan. Disini seni pertunjukan yang sering dipakai dalam hal acara pemilu adalah seni tari, seni music dan teater, dan hanya bersifat hiburan. Banyak yang menggunakan seni teater dalam hal pertemuan resmi ataupun pertemuan antar caleg dalam hal pemilu karena banyak mendapatkan suatu nasehat atupun petunjuk untuk memilih seorang calon ataupun cara menyoblosnya. Dan yang sering dipakai untuk acara kampanye adalah nyanyian-nyanyian dangdut yang sering kita lihat pada acara berita.
Seni pertunjukan memang dapat dipentaskan di berbagai tempat, disini para seniman sering mendapatkan pekerjaan yang lumanyan untuk penghasilan tambahannya karena banyak calon wakil rakyat yang mengupah dengan harga yang cukup besar dalam pementasan seni  tari maupun seni karawitan di Bali khususnya. Ada juga para calon membuat lagu tentang pencalonan dirinya untuk maju ke kursi pemerintahan disini penyanyi atau seni vokal juga turut berperan dalam pemilu. Dari acara pemilu ini biasanya beberapa sanggar mendapatkan sumbangan atau bantuan yang diberikan oleh para calon seperti pemberianan uang tunai untuk membeli pakaian dan juga pemberian barang seperti kendang, cenceng dan reong, apabila calon tersebut naik ke kursi pemerintahan. Dengan demikian sanggar tersebut akan di carikan bantuan untuk membeli alat-alat seni karawitan ataupun pakaian-pakaian tarian. Dan juga sanggar tersebut akan terus mendapatkan mandat untuk mengisi acara dalam event-event besar yang di selenggarakan oleh pemerintah baik di daerah maupun di luar daerah.
Seni pertunjukan di Bali sangat berkembang, dapat dilihat dari beberapa kesenian yang sudah ada maupun kesenian yang barumuncul. Disini peran seni pertunjukan mempunyai peran penting dalam melakukan kampanye dalam hal pemilu karena setiap orang atupun masyarakat begitu menyenangi seni pertunjukan seperti : tarian-tarian, tetabuhan ataupun seni teater. Dan setiap calon mengin ginkan suatu pertunjukan yang mewah dan merih, karena disini para calon tersebut dapat berinteraksi dengan m,asyarakat-masyarakat.
Begitu juga sebaliknya, pemilu juga mempunyai peran dalam seni pertunjukan karena banyak acara yang dapat dipentaskan di berbagai daerah
Dan disini seni pertunjukan sangat mendapatkan peran atupun tempat dan dapat menunjukan suatu kesenian yang baru maupun yang sudah ada dan juga para seniman dapat menemukan pekerjaan sampingan karena seni pertunjukan yang di pentaskan akan diberikan dana oleh para calon – calon tersebut.
Salah satu contoh ketika pencalonan Bupati Gianyar sangat banyak seni pertunjukan yang di pentaskan seperti beleganjur fragmen dan seni ngelawang. Sebagai pembuka acara ditampilkan  fragmentari yang dibawakan oleh sanggar Paripurna dan dilanjutkan oleh berbagai seni pertunjukan lainnya.  Acara ini layaknya pawai kesenian karena setiap peserta yang diwakili oleh grup dari beberapa kecamatan yang ada di Gianyar berjalan mengiri calon bupati ini menuju tempat pencalonnan dirinya. Contoh lain, ketika pencalonan Gubernur Bali, dalam hal ini seni pertunjukan khususnya tari dan karawitan berperan. Dimana ketika calon gubernur tiba di lokasi pencalonan disambut dengan tetabuhan balaganjur dan diantar ke tempat duduk oleh satu orang penari hanoman. Dan sebagai pembuka acara ditampilkan tari sekar jagat sebagai tari penyambutan.
Di luar provinsi Bali ada begitu banyak pagelaran seni pertunjukan yang dilakukan pada saat pemilu contohnya di kecamatan Cempaka, KPU kota Banjarbaru bekerja sama dengan Dewan Kesenian Banjarbaru pada hari sabtu tanggal 22 maret 2014 melaksanakan pagelaran teater tradisional Mamanda dalam rangka sosialisasi pemilihan umum 2014. Pagelaran tersebut merupakan awal dari rangkian pagelaran yang akan dilaksanakan di kota Banjarbaru. Sosialisasi pemilu melalui pagelaran seni tradisional mamanda merupakan sebuah pendekatan cultural yang dilakukan oleh KPU kota Banjarbaru. Tidak hanya untuk mensosialisasikan pemilu 2014, namun lebih subsantif adalah untuk mengangkat tema Pemilih Cerdas dan Bermatabat di Kota Banjar baru. Program ini merupakan realisasi dari nota kesepahaman yang telah dilaksanakan oleh KPU kota Banjarbaru dan Dewan Kesenian kota Banjarbaru pada waktu lalu.
KPU Kabupaten Gianyar menyelenggarakan Sosialisasi dengan Pagelaran Musik dan Seni Bondres di Kecamatan Tampaksiring. Kegiatan ini dihadiri oleh Tripika,  Prebekel, Bendesa dan PPK dan PPS se Kecamatan Tampaksiring serta masyarakat Tampaksiring. Pagelaran Seni dan Musik ini dibuka oleh Ketua KPU Gianyar(A.A. Gde Putra, SH.MH.). “Sosialisasi dilaksanakan dalam rangka mengajak warga yang belum terdaftar agar mendaftarkan diri di petugas PPDP atau PPS desa masing-masing
Dari beberapa contoh realita yang diuraikan diatas mengungkapkan bahwa seni pertunjukan  khususnya, sangat berhubungan dengan adanya pemilu di.



Sekilas Tentang Saya



Nama saya I Ketut Hendra Wahyu Setiadi, biasa dipanggil Indro. Saya lahir di Sukawati pada tanggal 5 September 1995. Saya mempunyai tiga saudara perempuan dan saya merupakan anak laki-laki satu-satunya dari pasangan I Made Rina dan I Nyoman Nami. Saya bersodiak Virgo diaman karakter seorang Virgo adalah seorang yang setia, tidak suka bertele-tele, dan menanggapi semua kegiatan dengan serius. Saya tinggal di daerah Desa sukawati tepatnya di Banjar Tebuana.
Ketika sasya Berumur lima tahun saya bersekolah di Taman Kanak-Kanak Kumara Lilawati dan pada Umur tujuh Tahun saya bersekolah di Sekolah Dasar 5 Sukawati. Setelah lulus dari SD 5 Sukawati saya melanmjutkan sekolah di SMP N 1 Sukawati, saya sangat senang biasa menuntut ilmu disana karena SMP N 1 Sukawati merupakan sekolah terfavorit di daerah kecamatan Sukawati. Setelah menyelesaikan sekolah di SMP N 1 Sukawati saya melanjutkan pendidikan saya ke SMK N 3 Sukawati atau biasa disebut KOKAR, saya memilih sekolah ini karena ketertarikan saya terhadap seni budaya yang berada di daerah Bali, khususnya Seni Karawitan.
Pada saat bersekolah di SMK N 3 Sukawati sangat banyak pengalaman yang saya dapatkan dalam bidang kesenian seperti Festival Gong Kebyar pada PKB ke XXXIII pada saat itu SMK N 3 Sukawati mewakili Kabupaten Gianyar, walaupun banyak kontrofersi SMK N 3 Sukawati tetap menampilkan yang terbai. Saya juga pernah mengikuti Lomba Keterampilan Siswa (LKS) di tingkat Provinsi, pada saat itu kami melakukan latihan selama emp;at belas kali untuk menembuskan dua materi yaitu Seni Karawitan dan Iringan Tari. Walaupun sedikit waktu untuk  melakukan latihan kami sangat bersemangat untuk mengikuti lomba tersebut. Dan berusaha untuk menampilkan yang terbaik untuk SMK N3 Sukawati. Dan  pada saat itu wakil dari SMK N 3 Sukawati memborong semua juara dalam bidang seni pertunjukan, seperti juara 1 Seni Karawitan, juara 1 Seni Tari, Juara 1 Seni Pedalangan, juara 2 Seni Pedalangan dan juara 3 Seni Pedalangn. Sangat bangga bias mempertahankan juara dalam bidan seni pertunjukan itu.  Saya juga pernah mengikuti Festival Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N), pada saat itu di selenggarakan di daerah Yogyakarta. Saya sangat senang biasa mewakili Bali di tingkat Nasinal dalam bidang Seni Karawitan dan yang saya sanagt senangi adalah menaiki pesawat terbang untuk pertama kalinya. Sesampainya di Yogya kami beristirahat di hotel Merbabu. Kami menginap selama lima hari disana. Dan keesokan harinya ada kejadian yang saya tidak sukai  dalam rangka gladi bersih di lokasi lomba FLS2N tersebut, dimana dalam gelada bersih tersebut kami tidak mendapatkan waktu banyak dan setelah gelada kami di tinggal oleh semua keru SMK N 3 Sukawati. Dan kami menunggu bus untuk mengantarkan kami ke hotel Merbabu selama dua jam. Keesokan harinya lomba tersebut akan di selenggarakan hati pun berdebar-debar karena ingin menampilkan terbaik untuk Bali. Kami sangat senang dapat menyelesaikan pementasan tersebut  Walaupun banyak kesenangan yang saya dapatkan tetapi ada satu hal yang membuat saya kecewa yaitu saya tidak bias mengangkat nama Bali untuk menjadi juara dalam bidang Seni Karawitan, yang sebelum-sebelumnya terus mendapatkan juara. pengalaman saya terakhir untuk berangkat ke luar Bali adalah mengisi acara di SMK 1 Bantul Jogjakarta/ SMKI Yogya. Pada saat itu banyak kejadian-kejadian yang sangat menyenangkan yang tak pernah akan di lupakan walaupun memerlukan waktu 24 jam di dalam bus untuk mencapai yoyakarta saya tidak pernah mengeluh karena di dalam bus saya bercada ria bersama teman-teman saya. Sesampai disana kami langsung melakukan gladi bersih walupun dalam keadaan mengantuk. Gelada acara tersebut berjalan lancer.  Saya juga mendapatkan pengalaman untuk mengajar anak-anak di sanggar Ceraken pada bulan Agustus samapai bulan November pada tahun 2012 dalam Kegiatan Sekolah.
Saya juga mempunyai kegiatan di dalam masyarakt seperti melakukan latihan rutin di Banjar Tebuana sukawati untuk mengiringi acara mepeed setiap satu tahun sekali. Dan kegiatan latihan untuk mengiringi acara ogoh-ogoh dimana di sana saya dapat banyak menuangkan inspirasi saya dalam berkesenian. Saya sangat senang bilamana banyak ada kegiatan berkesenian di banjar tebuana karena disana saya dapat banyak menuangkan inspirasi saya di dalam berkesenian tersebut. Walaupuin karya yang saya buat tidak begitu bagus tetapi ada kebanggaan untuik membuat karya-karya di banjar kita sendiri
Setelah Menyelesaikan sekolah di SMK N 3 Sukawati saya melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi yaitu ISI Denpasar disini saya ingin memperdalam kesenian dalam bidang praktik maupun teori karena saya baru menyadari bahwa seni itu tidak cukup dipahami hanya melalui praktik tetapi juga dalam teori karena banayk hal yang harus kita pahami apa itu kesenian secara luas.karena itu saya ingin menyeimbangkan Praktik dan Teori dalam berkesenian. Ketika saya menuntut ilmu di ISI denpasar saya  merasakan bagaimana susahnya menuntut ilmu di perguruan tinggi karena banyak perbedaan yang saya rasakan ketika bersekolah di SMK N 3 Sukawati dengan bersekolah di ISI Denpasar. Ketika saya bersekolah di SMK saya sangat jarang memasuki kelas dan sangat jarang untuk belajar maupun mengerjakan tugas, karena disana saya berfikir saya bersekolah disini karena untuk mempelajari bagaimana caranya bermain gambelan tetapi sebenarnya itu sangat salah karena saya bersekolah disana tidak cukup mempelajari cara untuk bermain gambelan saja tetapi harus juga mempelajari tentang teori seperti matematika, bahasa inggris dan sebagainya. Ketika saya bersekolah di ISI denpasar sangat berbeda rasanya karena disini dalam satu pertemuan para dosen bisa memberikan kita tugas, dan tidak bisa seperti dulu tidak mengerjakan tugas karena tugas sangat penting untuk mempengaruhi nilai persemester kita. Di ISI Denpasar banyak mempunyai kegiatan kesenian untuk sekarang ini seperti, mempersiapkan untuk memeriahkan HUT 100 Tahun Gong Kebyar. Saya sangat senang bisa mengikuti acara sebesar yang akan dilakukan oleh Institut Seni Indonesia Denpasar itu. Saya juga mempunyai kegiatan untuk mendukung kakak-kakak kelas dalam rangka ujian akhir semester (TA). Banyak kegiatan yang saya ikuti tetapi kegiatan itu tidak pernah mengganggu kegiatan belajar di kampus.  Setelah saya menyelesaikan pendidikan S1 di ISI Denpasar saya mempunyai cita-cita menjadi seorang seniman besar yang karyanya dapat di terima oleh masyarakat. Walaupun sangat susah untuk mencapai cita-cita tersebut saya berusaha untuk mewujudkannya cita-cita tersebut demi kesukseshan di masa depan dan un tuk membanggakan orang tua.

Minggu, 30 Maret 2014

Sejarah Gambelan Angklung di Banjar Tebuana

Gambelan Angklung Tempekan Kelod Banjar Tebuana


Sejarah Gambelan Angklung di Tempekan Kelod Banjar Tebuana Sukawati.

Gambelan Angklung yang terdapat di Tempekan Kelod Banjar Tebuana Sukawati merupakan seperangkat Gambelan yang sangat tua sekali keberadaanya dan merupakan salah satu jenis gambelan yang termasuk kedalam golongan Gambelan tua. Menurut keterangan dari salah seorang seniman yang berasal dari Banjar Tebuana, menceritakan bahwa;

Gambelan Angklung yang terdapat di Tempekan Kelod Banjar Tebuana ini dulunya merupakan gambelan yang dimiliki oleh seka demen-demen, yang anggotanya ada dari luar Banjar Tebuana. Dalam pementasan Gambelan Angklung dulunya anggota tidak pernah mengadakan kegiatan latihan, dimana yang memegang peran penting yaitu” Tukang Ugal “ yang berlatih terlebih dahulu di tempat orang yang dianggapnya biasa atau mengetahui gending-gending angklung. Tetapi seiring berjalannya waktu banyak konflik yang menghampiri seke tersebut, dan salah satu anggota seke yang bernama Ki Jeteg mengusulkan agar Gambelan Angklung tersebut diserahkan ke pada Tempekan. Pada saat itulah  Tempekan Kelod Banjar Tebuana memiliki Gambelan angklung dan langsung membentuk seke Angklung yang beranggotakan dua puluh tiga orang dimana semua anggotanya berasal dari Tempekan Kelod Banjar Tebuana.

Gambelan Angklung ini konon pada waktu itu hanya dipergunakan saat ada upacara Pitra yadnya. Tetapi karena adanya perkembangan kesenian di Bali gambelan angklung ini di usulkan agar dapat digunakan dalam upacara Dewa Yadnya maupun Manusa Yadnya. Salah satu anggota seke mengusulkan agar membelikan sepasang Gong, Kempul, Bende, Kempli kajar dan reong pada tahun 1947 sehingga Gambelan Angklung ini dapat digunakan untuk menabuh gending lelambatan maupun kekebyaran.

Gambelan Angklung yang terdapat di Temoekan Kelod Banjar Tebuana merupakan suatu gambelan yang sangat tua umurnya bahkan ganbelan ini di golongkan kedalam golongan gamelan Bali tua. Dan memiliki karakteristik yang sangat unik dan menarik dan merupakan salah satu warisan budaya yang didapat secara turun temurun. Hingga kini Gambelan Angklung masih dipelihara dengan baik oleh masyarakat pemiliknya karena erat kaitannya dan selalu dipertunjukkan dan dimainkan dalam upacara keagamaan.
Melihat bentuknya Gambelan Angklung merupakan gamelan yang terdiri dari beberapa aspek yang mewujudkan salah satu bentuk kesempurnaan refertuarnya yaitu adalah sebagai berikut ,atau alat-alat yang menjadi pelengkap dalam barungan gambelan Angklung yang terdapat di Banjar Tebuana Desa Sukawati :
  1. satu gong
  2. ceng-ceng ricik.
  3. kendag Angklung.
  4. Empat buah gangse yang memakai 4 buah nada.
  5. Empat buah kantilan yang memiliki 4 buah nada
  6. dua buah jublag.
  7. Dua buah curing
  8. Satu buah tawa-tawa
  9. Tiga buah suling
  10. Empat buah reong
  11. dua buah tungguh reyong yang masing-masing terdiri dari 2 buah nada.

Megenai laras yang dipergunakan pada Gambelan Angklung adalah laras selendro empat nada yang dimaksudkan laras selendro adalah urutan nada-nada yang sama dalam satu oktafnya. Gambelan yang berlaraskan selendro empat nada ada bermacam-macam jenis, namun Gambelan Angklung memiliki karakteristik yang sangat unik dan menarik yang sangat berbeda dengan gambelan –gambelan yang berlaraskan selendro lainnya.

Jenis-jenis gending Angklung ada bermacam-macam , menurut fungsi dan kegunaannya. Dibawah ini akan disebutkan beberapa gending Angklung yang terdapat di Tempekan Kelod  Banjar Tebuana yang di mainkan dalam upacara Pitra Yadnya, banyak jenis gending yang biasa di pentaskan, tetapi orang tua-tua dulu tidak mengetahui nama gending yang dimainkan tersebut. Ada pula Gending Angklung dimana gending ini dapat dimainkan alam upacara Dewa Yadnya yaitu :
1.      Tabuh Gilak
2.      Tabuh Telu Crucuk Punyah
3.      Tabuh Nem Galang Kangin.

Segala aktifitas kebudayaan bermaksud dan bertujuan untuk memuaskan suatu rangkaian dari segala kebutuhan naluri manusia yang berhubungan dengan kehidupannya. Dalam kegiatan keagamaan Hindu di Bali Gambelan Angklung mamiliki fungsi yang sangat penting sejak jaman dahulu sampai pada jaman sekarang ini, yaitu antara lain;
1.      Sebagai pengiring Upacara Dewa Yadnya.
2.      Sebagai pegiring Upacara Pitra Yadnya.
Gambelan Angklung selalu terlibat langsung dalam upacara tersebut, yang memberikan kesan magis indah dan sakral yang berpengaruh terhadap aktifitas sosial budaya masyarakat penikmatnya. Keberadaannya saat pementasan dilaksanakan pada rangkaian upacara pada masyarakat atau kelompok pendukung dan penikmatnya. Tampaknya menjadi media ungkapan estetis fikiran dan perasaan seniman pelaku/penabuh maupun penikmatnya, yang mengandung nilai atau tujuan tertentu bagi masyarakatBanjar Tebuana.

Meskipun juga fungsinya dipergunakan dalam mengiringi upacara Dewa Yadnya, namun adapula batasan – batasan tentang dipergunakannya barungan ini dalam mengiringi upacara Dewa Yadnya, yaitu hanya dalam mementaskan gending-gending lelambatan misalnya Tabuh gilak, tabuh cerucuk punyah, tabuh galangkangin, dan dapat juga untuk mengiringi tarian topeng, baris dan rejang.Dalam setiap pementasannya selalu disertakan persembahan sesajen sebelum gamelan ini dimainkan, ini merupakan tradisi dan hal sangat penting dilakukan karena merupakan sebuah penghormatan kepada roh-roh positif yang berstana pada gambelan ini dan sekaligus menjadi persembahan permohonan keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk diberikan tuntunan dalam berlangsungnya pementasan Gambelan Gong Luang.

Masyarakat atau seniman – seniman di Tempekan Kelod Banjar Tebuana yang peduli dengan keberadaan kesenian yang sudah tua dan sudah diaanggap langka ini menggabungkan diri menjadi sebuah skaa Angklung Banjar Tebuana. mereka tergabung disini hanya semata-mata karena rasa yang cinta dan pengbdian yang tinggi terhadap warisan  budaya ini tanpa adanya paksaan dan tujuan – tujuan yang lain. Mengenai keringanan yang mereka peroleh dalam tergabung diseka ini seperti yang dikenal oleh masyakatat Bali yan disebut dengan luput, namun dari segi pembiayan lainnya di Banjar mereka tetap berkewajiban dan sama dengan anggota banjar yang tidak tergabung dalam ska Angklung. Anggota skaa Angklung Tempekan Kelod Banjar Tebuana mengagap bahwa apa ayng mereka lakukan merupakan sebuah pengabdian yang amat tinggi guna kelangsungan dan kelestarian kesenian yang merupakan warisan yang memiliki nilai sejarah yang amat tinggi.

Tari Leko di Banjar Sibang Gede



Tari Leko
Tari leko yang terdapat dan tumbuh di banjar parekan ( Sibang Gede, kec. Abiannsemal ) sekarang ini merupakan warisan budaya yang tuun temurun. Tri ini merupakan kelanjutan dari tari Joged Udegan (Gudegan). Joged Udgan tersebut pernah ada i Desa Sibng Gede sekitar Tahun 1925, dipelihara dan diaayomi oleh kluarga-kluarga puri (Golonan Satria ). Ketika itu fungsi tari leko ini adalah sebaga hiburan, baik untuk mengibur keluarga puri itu sendiri maupun untuk menghibur tamu-tamu. Salah satu banjar yang di percayakan olh keluarga puri untuk membentuk seka atau grop Joged Gudegan, adalah Banjar Parekan. “ Parekan artinya “ Abdi ”.
Rupa-rupanya, anggoda banjar tersebutlah merupakan abdi-abdi utama golongan puri. Para penarinya pada waktu itu, tercatat :
1.      NI Made Cuklek ( Alm )
2.      Ni wayan Beber (alm)
3.      Ni nYoman Sedep (alm.)
4.      Ni Made sudri
5.      Ni Made Matri
Ada sesuatu yang menarik dalam tari Joged Gudegan ini khusunya bagi kaum remaja, adalah terdapatnya bagian pengibing ( menari bersama pasangan ) yang cukup bebas. Pasangan penari laki boleh memangku, menium , bahkan di perkenanakan mengajak penari joged tersebut keluar arena, dan mengajaknya kencan di tempat gelap atau remang-remang. Lama-kelamaan timbul dari tokoh-tokoh pui, bahwa situasi ngibing terlalu bebas seperti itu lebih banyak menimbulkn hal-hal negatif. Maka untuk selanjutnya dalam paibng bingan para pasangan penari aki hanya di perkennkan menirukan gerakan-gerakan penai joged tersebut seperti : goyang pinggul, melirik, maupun saling lempar senyum . namun tetap dalam batas-batas etis selanjutnya, tari joged yang lebih etis inilah di sebut dengan tari Leko.
Sebenarnya, pengaruh paibing ibingan yang sopan dan estetis tersebut berasal dari tata cara paibing ibingan joged kurubaya kelurahan Sempidi, kecamatan Menguwi ( Badung ) sekitar tahun 1941. Demikian juga penamaan tari leko itupun berasal dari kurubaya.
Perkembangn selanjutnya, pusat pengurusan tari leko tersebut tidak lgi berada di tangan orang-orang puri, tetapi diserahkan kepada seka atau grop muda- mudi banjar parekan. Mengenai kehidupan yang lebih lanjut, kesenian ini mengalami psang surut. Msa jaya yang pernh di alami oleh seka tari leko tersebut sekitar tahun 1941- 1948. Meraka sempat pentas sampai eluar des Siban Gede, seperti : desa Blahkiuh, Mambal, Mengui, Ubung , Sading, bahkan pernah sampai keluar kabupaten Badung, yakni Kabupaten Klungkung.
Seteah tahun 1948, seka tar ini mulai mengalami masa surut. Sebabnya antaralain : beberapa penari memasuki jenjng perkawinan, sementari itu penggantinya sulit dicari. Namun menjelang tahun 1965 seka tari leko tersebut hiup kembali, di sebabkan adanya persaingan antara partai-partai politik pada waktu itu. Tetapi setelah meletus pemberontakan G 30S PKI tahun 1965, kesenian tersebut surut kembali, mungkin disebabkan karena, semangat kompetisi tidak lagi sehebat sebelumnya.
Masa suram ini berlansung cukup lama sampai adanya uluran tangan pemerintah daerah tingkat II  Badung. Pada tahun 1984, kesenian Leko tersebut dihidupkan kembali, yang mendapat dukungan penuh dari masyarakat parekan. Akhirnya, tanggal 16 juni 1984 di pentaskan kesenian tersebut kembali bertempat di bale banjar Parekan dengan disaksikan Bupati Kdh Tingkat II Badung, kepala kantor Depdikbud. Kabupaten Badung, utusan Kanwil Depdikbud. Provinsi Bali, serta masyaarakat sibang Gede. Sejak itu pula kesenian tersebut, terdaftar sebagai salah satu tari pergaulan Bali di Kandek, Depdikbud kabupten Badung.
Bagai mana keadaannya kini ? mungkin dapat dikatakan tidak hidup, tetapi juga tidak mati , artinya, sewaktu-waktu apabila diperlukaan para penari Leko tersebut dapat saja di konsolidasikan kembali. Hanya saja gambelannya yang tersebut dari bambu, sudah banyak yang rusak, kepengurusan terkhir sebagai berikut :
Ketua               : I Gusti Ngurah Sutapa
Sekertaris        : I Ketut Tali
Bendahara      : I Wayan Sudri
Dilengkapi dengan seksi-seksi, antara lain ; seksi perengkapan dan juru arah ( pembntu )
Pada umunya Fungsi ksenian di Bali dapat di Fungsikan menjaddi tiga jenis yakni :
1.      Sebagai tari wali
2.      Sebagai tari bebali (penunjang wali )
3.      Sebagai balih-balihan atau hiburan semata
Tari Leko di banjar Parekan , Sibang Gede tersebut mempunyai dua fungsi yakni :
1.      Berfungsi sebagai hiburan
2.      Berfungsi sebagai pelengkap upacara
Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, bahwa tari leko, merupakan tari muda – mudi atau tari pergaulan. Bagian yang dinanti- nanti pastilah pada bagian paibingan dimana pada kesempatan tersebut para pemuda maupun orang tua dapat berjoged bersama- sama penari Leko yang cantik-cantik.
Khusus di banjar Parekan, Sibang Gede, tarian ini sangat di gemari dan biasanya di gelar padda saat-saat selesai musim panen. Pada saat itulah para pemuda mempunyai uang cukup banyak, untuk di berikan kepada penari ( semacam tip ) seusai mereka berjoged. Dulu, ketika judi sabungan ayam blum di larang,tarian ini pun sering di pentaskn setelah judi itu selesai. Biasanya para penari mendapat informasi siapa-siapa yang berhasil menang dalam judin tersebut mereka itulah, biasany mendapat prioritas ngibing. Keadaan seperti tersebut memberi petunjuk bahwa tari leko berfunggsi sebagai hiburan.
Lain daripada fungsinya di atas tari leko di banjar Parekan itu, berfungsi juga sbagai bebali, atau sebagai pelengkap atau penunjng kegiatan agama atau adat. Misalnya, apabila salah satu keluarga mempunyi anak sedan sakit keras serta tidak kunjung sembuh, walau sudah berkali-kali sudah di ajak ke dokter atau ke dukun, biasanya orang tuanya akan berjanji menurut keyakinannya, bahwa apabila anknya berhasil sembuh, akan di tanggapkan tari Leko.