Minggu, 30 Maret 2014

Sejarah Gambelan Angklung di Banjar Tebuana

Gambelan Angklung Tempekan Kelod Banjar Tebuana


Sejarah Gambelan Angklung di Tempekan Kelod Banjar Tebuana Sukawati.

Gambelan Angklung yang terdapat di Tempekan Kelod Banjar Tebuana Sukawati merupakan seperangkat Gambelan yang sangat tua sekali keberadaanya dan merupakan salah satu jenis gambelan yang termasuk kedalam golongan Gambelan tua. Menurut keterangan dari salah seorang seniman yang berasal dari Banjar Tebuana, menceritakan bahwa;

Gambelan Angklung yang terdapat di Tempekan Kelod Banjar Tebuana ini dulunya merupakan gambelan yang dimiliki oleh seka demen-demen, yang anggotanya ada dari luar Banjar Tebuana. Dalam pementasan Gambelan Angklung dulunya anggota tidak pernah mengadakan kegiatan latihan, dimana yang memegang peran penting yaitu” Tukang Ugal “ yang berlatih terlebih dahulu di tempat orang yang dianggapnya biasa atau mengetahui gending-gending angklung. Tetapi seiring berjalannya waktu banyak konflik yang menghampiri seke tersebut, dan salah satu anggota seke yang bernama Ki Jeteg mengusulkan agar Gambelan Angklung tersebut diserahkan ke pada Tempekan. Pada saat itulah  Tempekan Kelod Banjar Tebuana memiliki Gambelan angklung dan langsung membentuk seke Angklung yang beranggotakan dua puluh tiga orang dimana semua anggotanya berasal dari Tempekan Kelod Banjar Tebuana.

Gambelan Angklung ini konon pada waktu itu hanya dipergunakan saat ada upacara Pitra yadnya. Tetapi karena adanya perkembangan kesenian di Bali gambelan angklung ini di usulkan agar dapat digunakan dalam upacara Dewa Yadnya maupun Manusa Yadnya. Salah satu anggota seke mengusulkan agar membelikan sepasang Gong, Kempul, Bende, Kempli kajar dan reong pada tahun 1947 sehingga Gambelan Angklung ini dapat digunakan untuk menabuh gending lelambatan maupun kekebyaran.

Gambelan Angklung yang terdapat di Temoekan Kelod Banjar Tebuana merupakan suatu gambelan yang sangat tua umurnya bahkan ganbelan ini di golongkan kedalam golongan gamelan Bali tua. Dan memiliki karakteristik yang sangat unik dan menarik dan merupakan salah satu warisan budaya yang didapat secara turun temurun. Hingga kini Gambelan Angklung masih dipelihara dengan baik oleh masyarakat pemiliknya karena erat kaitannya dan selalu dipertunjukkan dan dimainkan dalam upacara keagamaan.
Melihat bentuknya Gambelan Angklung merupakan gamelan yang terdiri dari beberapa aspek yang mewujudkan salah satu bentuk kesempurnaan refertuarnya yaitu adalah sebagai berikut ,atau alat-alat yang menjadi pelengkap dalam barungan gambelan Angklung yang terdapat di Banjar Tebuana Desa Sukawati :
  1. satu gong
  2. ceng-ceng ricik.
  3. kendag Angklung.
  4. Empat buah gangse yang memakai 4 buah nada.
  5. Empat buah kantilan yang memiliki 4 buah nada
  6. dua buah jublag.
  7. Dua buah curing
  8. Satu buah tawa-tawa
  9. Tiga buah suling
  10. Empat buah reong
  11. dua buah tungguh reyong yang masing-masing terdiri dari 2 buah nada.

Megenai laras yang dipergunakan pada Gambelan Angklung adalah laras selendro empat nada yang dimaksudkan laras selendro adalah urutan nada-nada yang sama dalam satu oktafnya. Gambelan yang berlaraskan selendro empat nada ada bermacam-macam jenis, namun Gambelan Angklung memiliki karakteristik yang sangat unik dan menarik yang sangat berbeda dengan gambelan –gambelan yang berlaraskan selendro lainnya.

Jenis-jenis gending Angklung ada bermacam-macam , menurut fungsi dan kegunaannya. Dibawah ini akan disebutkan beberapa gending Angklung yang terdapat di Tempekan Kelod  Banjar Tebuana yang di mainkan dalam upacara Pitra Yadnya, banyak jenis gending yang biasa di pentaskan, tetapi orang tua-tua dulu tidak mengetahui nama gending yang dimainkan tersebut. Ada pula Gending Angklung dimana gending ini dapat dimainkan alam upacara Dewa Yadnya yaitu :
1.      Tabuh Gilak
2.      Tabuh Telu Crucuk Punyah
3.      Tabuh Nem Galang Kangin.

Segala aktifitas kebudayaan bermaksud dan bertujuan untuk memuaskan suatu rangkaian dari segala kebutuhan naluri manusia yang berhubungan dengan kehidupannya. Dalam kegiatan keagamaan Hindu di Bali Gambelan Angklung mamiliki fungsi yang sangat penting sejak jaman dahulu sampai pada jaman sekarang ini, yaitu antara lain;
1.      Sebagai pengiring Upacara Dewa Yadnya.
2.      Sebagai pegiring Upacara Pitra Yadnya.
Gambelan Angklung selalu terlibat langsung dalam upacara tersebut, yang memberikan kesan magis indah dan sakral yang berpengaruh terhadap aktifitas sosial budaya masyarakat penikmatnya. Keberadaannya saat pementasan dilaksanakan pada rangkaian upacara pada masyarakat atau kelompok pendukung dan penikmatnya. Tampaknya menjadi media ungkapan estetis fikiran dan perasaan seniman pelaku/penabuh maupun penikmatnya, yang mengandung nilai atau tujuan tertentu bagi masyarakatBanjar Tebuana.

Meskipun juga fungsinya dipergunakan dalam mengiringi upacara Dewa Yadnya, namun adapula batasan – batasan tentang dipergunakannya barungan ini dalam mengiringi upacara Dewa Yadnya, yaitu hanya dalam mementaskan gending-gending lelambatan misalnya Tabuh gilak, tabuh cerucuk punyah, tabuh galangkangin, dan dapat juga untuk mengiringi tarian topeng, baris dan rejang.Dalam setiap pementasannya selalu disertakan persembahan sesajen sebelum gamelan ini dimainkan, ini merupakan tradisi dan hal sangat penting dilakukan karena merupakan sebuah penghormatan kepada roh-roh positif yang berstana pada gambelan ini dan sekaligus menjadi persembahan permohonan keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk diberikan tuntunan dalam berlangsungnya pementasan Gambelan Gong Luang.

Masyarakat atau seniman – seniman di Tempekan Kelod Banjar Tebuana yang peduli dengan keberadaan kesenian yang sudah tua dan sudah diaanggap langka ini menggabungkan diri menjadi sebuah skaa Angklung Banjar Tebuana. mereka tergabung disini hanya semata-mata karena rasa yang cinta dan pengbdian yang tinggi terhadap warisan  budaya ini tanpa adanya paksaan dan tujuan – tujuan yang lain. Mengenai keringanan yang mereka peroleh dalam tergabung diseka ini seperti yang dikenal oleh masyakatat Bali yan disebut dengan luput, namun dari segi pembiayan lainnya di Banjar mereka tetap berkewajiban dan sama dengan anggota banjar yang tidak tergabung dalam ska Angklung. Anggota skaa Angklung Tempekan Kelod Banjar Tebuana mengagap bahwa apa ayng mereka lakukan merupakan sebuah pengabdian yang amat tinggi guna kelangsungan dan kelestarian kesenian yang merupakan warisan yang memiliki nilai sejarah yang amat tinggi.

1 komentar:

  1. Terima kasih sudah posting ini - memang menarik cerita tentang gamelan tua ini.

    BalasHapus